Recent Post

16 August 2018


Sesuai dengan judulnya, per July kemarin sebenernya saya udah mulai mengisi blog yang baru di sini. Yap, setelah hampir 10 tahun dengan blog ini, bahkan bisa punya beberapa kenalan baru dari blog ini, per Juli kemarin, saya memutuskan untuk pindahan.

Blog yang baru akan lebih fokus pada traveling, review, kuliner dan event. So, sampai ketemu di blog saya yang baru ya. Makasih banget buat teman-teman yang udah sering mampir ke blog ini :)

See you!
0

28 July 2018


“Pengen ke Jepang deh, eh ke Korea juga pengen sih, bisa ngunjungin lokasi-lokasi syuting K-Drama,”

“Kira-kira mending ke Jepang atau Korea ya?”

“Eh kalau ke Korea habis berapa duit sih? Sama Jepang lebih murah mana?”

“Gue pengen nabung ni buat jalan-jalan ke luar negeri, antara Jepang atau Korea, menurut lo mending ke mana?

Saya sering sekali mendapat pertanyaan model begini -  Antara Jepang atau Korea -  tapi inti dari semua pertanyaan tersebut biasanya akan bermuara pada  “lebih mahal mana Jepang atau Korea?”

Berhubung saya adalah tipe semi backpacker, yang kebetulan sudah pernah mengunjungi ke dua Negara tersebut, maka berikut penjelasan saya based onpengalaman pribadi (setiap orang mungkin akan berbeda penjelasan ya). Oke mari kita mulai dari hal yang paling awal, yaitu tiket pesawat. Tanpa tiket pesawat gak mungkin bisa sampai ke sana kan, masa iya mau pake pintu doraemon? J

Tiket pesawat ke Jepang, untuk harga promo biasanya bisa dapat 5juta – 6juta PP tergantung maskapainya, sementara ke Korea bisa dapat sekitar 3,5 juta – 4jutaan. Waktu saya ke Jepang, dapat penerbangan Air Asia PP sekitar 5jutaan, tepatnya berapa agak lupa. Sedangkan waktu ke Korea, dengan maskapai yang sama, saya dapat tiket pesawat sekitar 3,9 juta sudah sama hotel 1 malam detail ceritanya bisa dilihat di sini. So, untuk tiket pesawat Korea lebih murah!

Korea pake Visa, Jepang Gak
Yup, asalkan paspor yang kita miliki sudah e-paspor, maka kita cukup datang ke kedutaan Jepang, mengisi formulir, setelah itu formulir dan e-paspor diserahkan ke kedutaan. Tidak butuh waktu lama, kita akan mendapat ijin masuk ke Jepang, melalui sebuah stiker putih yang disebut sebagai visa waiver, ditempel di paspor kita. Berlaku selama 3 tahun, dengan maksimal 15 hari kunjungan per kedatangan. Sementara untuk bisa masuk ke Korea, kita kudu bikin Visa. Kebanyakan orang akan deg-degan ketika bikin Visa ini, mulai dari berapa tabungan yang harus mengendap di rekening, hingga ketakutan lainnya yang menghantui ketika mengurus Visa. Jangan sampai tiket sudah di tangan, tapi pengajuan visa ditolak. Untuk detailnya bisa baca di sini di sini. So untuk urusan kemudahan masuk, Jepang Win!

Soal makanan dan harga makanan baik di Jepang dan Korea menurut saya untuk ukuran harga kurang lebih aja sih. Kalau dirupiahin mulai dari 60K sampai 85K sekali makan, tapi jangan khawatir, banyak cara untuk mengakali biaya makan yang cukup mahal untuk sekali makan ini. Saya yang cenderung sering laper, biasanya mengakali dengan sarapan di tempat menginap, kadang roti yg disediakan saya bawa beberapa untuk bekal di jalan. Bisa juga dengan membeli nasi kepal atau Kimbap (korea), onigiri (Jepang) di minimart di sana sebagai bekal di jalan. Harganya kalau di Korea (rate saat itu) sekitar IDR 8500, sementara untuk harga di Jepang (rate saat itu) sekitar IDR 12K. Beli dua juga cukup sebagai bekal di jalan kalau tetiba lapar. So untuk yang ini baik Korea maupun Jepang imbang.


Masih soal makanan, tapi ini lebih ke taste dan jenis makanan. Untuk hal ini sepertinya makanan Jepang lebih familiar di lidah orang Indonesia, seperti katsu-katsuan, ramen, juga sushi. Bahkan kalau bingung mau makan apa bisa makan di Yoshinoya. Sementara di Korea, kalau mau aman sih makan bibimbap, itu loh makanan yang nasi dan sayur-sayurannya dicampur jadi satu, biasanya juga ada telurnya. Nasi campur ala Korea lah. Selain itu biasanya kalau masuk ke restoran Korea kita akan disuguhkan side dish beraneka ragam. Side dishini kalau di Korea namanya Banchan, biasanya diantara side dish ini ada kimchi. Selain bibimbap juga bisa cobain Ramen ala korea disebutnya Ramyon, tapi hati-hati bagi yang muslim takutnya mengandung babi. Buat saya pribadi saya lebih suka rasa ramyon dibanding ramen. Sebenernya, makanan Korea ini juga mirip-mirip dengan Indonesia, hanya saja kurang familiar. Sebagai contoh Japchae Mujigae, ini mah kalau di kita bihun. Atau seperti yang sudah saya sebut di atas, bibimbap, kalau di kita mah nasi campur.  Contoh lainnya Chamchijeon, yaelah ini mah perkedel. Satu lagi deh saya kasih contoh Bindaettok, ini sih bakwan. Jadi buat yang mau ke Korea dan bingung bakal makan apa di sana atau takut rasanya kurang sesuai di lidah, coba aja pesen makanan yang saya sebut tadi. Soal rasa, ya emang Indonesia masih juaranya. So untuk soal taste dan jenis makanan menurut saya juga imbang. Keunggulan Jepang (menurut saya) hanya karena lebih familiar saja.

Selanjutnya adalah transportasi. Ini penting ni untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya. Pilihan transportasi umum yang biasa digunakan adalah subway atau bis. Tapi saya pribadi lebih banyak menggunakan subway, baik selama di Jepang atau di Korea. Untuk harga, saya akan bilang, Korea jauuuuuuuuhhhhh lebih murah harga trasportasi subwaynya. Seriusan kalau dihitung-hitung saya cuma habis sektar IDR 300K selama 7hari 6malam. Jalur nya juga mudah, yang perlu diperhatikan hanya pintu keluar dari stasiunnya harus di exit berapa, karena kalau salah keluar bisa jauh memutar ke tempat yang dituju. Cara membaca jalur subwaynya juga mudah. Sementara kalau di Jepang, jalur subwaynya ada banyak, bisa dibaca di sini . Saya sendiri pernah nyasar pas coba jalan-jalan sendiri di Tokyo, tapi tenang ga usah khawatir kita bisa bertanya pada penduduk lokal dan mereka dengan senang hati membantu. 

Sementara itu, untuk yang berencana mengunjungi beberapa kota, akan lebih hemat dengan membeli JR Pass, karena bisa dipakai naik shinkansen juga. Tapi saat itu saya ga beli JR pass, beli tiket harian aja. Saat itu kota yang saya kunjungi hanya Tokyo, Osaka (hanya transit sebelum ke Kyoto). Dari Tokyo ke Osaka saya naik pesawat, dengan maskapai Jet Star, dari Osaka ke Kyoto naik Shinkansen – masa udah jauh-jauh ke Jepang, ga nyobain naik Shinkansen yekan. Harga dari Osaka ke Kyoto sekitar 1420 Yen, kalikan aja dengan kurs sekarang, sebaliknya pun harganya sama. Jadi untuk transportasi, Korea lebih murah.

Penginapan. Setelah sampai di Korea atau Jepang pastinya kita akan mencari penginapan, karena ga mungkin numpang tidur di masjid yekan. Nah, untuk penginapan kalau yang berbudget pas-pasan macam saya, cari aja hostel. Harganya kisaran dari IDR200K. Bisa cek di booking.com atau hostel.com, di Jepang juga kurang lebih sama, masih bisa dapat yang harga segituan. Rajin-rajin cari aja. So, soal penginapan Korea dan Jepang imbang lah ya.

Belanja. Soal belanjaan, karena saya cewek dan familiar dengan kosmetik Korea yang kalau di Jakarta harganya mahal, maka datang langsung ke Korea jadi surga banget untuk belanja kosmetik. Tinggal datang ke MyeongDong, dan bisa belanja kosmetik murah-murah, bahkan masker-masker wajah juga banyak promonya, seperti beli satu gratis satu, dan masker-masker ini bisa dijadiin oleh-oleh. Untuk yang pengen belanja seperti baju, tshirt, aksesoris,syal atau coat, bisa coba ke Nandaemun Market. Bahkan sebenarnya saat kita berada di stasiun subway juga banyak para pedagang yang menjajakan barang dengan harga murah. Saya sempat beli coat seharga hanya IDR 130K, soal kualitas cukup baik, karena masih sering saya gunakan kalau lagi musim hujan di Jakarta. Sementara di Jepang saya gak banyak belanja. Pertama karena kurang familiar dengan merk nya plus harganya lumayan mahal. So untuk urusan belanjaan, Korea lah ya jawaranya.


Jadi kalau ditanya murah mana, saya akan bilang Korea lebih murah. Tapi kalau ditanya lebih suka mana, saya akan jawab dua-duanya. Korea dan Jepang punya keunikannya masing-masing yang bikin pengen balik lagi dan lagi








0

30 June 2018


Bekerja dan Berkarya

Sengaja saya membuat judul Bekerja dan Berkarya, bukan Bekerja VS Berkarya, kenapa? Karena saya ingin bercerita bahwa seorang pekerja pun bisa berkarya

Hingga hari ini saya masih tercatat sebagai karyawan di salah satu media nasional di Jakarta, mendapatkan gaji bulanan, mendapatkan tunjangan dan fasilitas oleh kantor. Ya, hingga hari ini saya masih bekerja. Bangun pagi, ke kantor, meeting, dan berusaha menyelesaikan tugas tepat waktu. Apakah saya senang dengan pekerjaan saya? Jawabannya ya. Saya senang, karena saya bertemu dengan orang-orang baru setiap hari. Klien saya adalah orang-orang baru yang saya temui, yang saya ajak bicara, yang saya tawarkan program yang saya buat. 

Kenapa saya senang dengan pekerjaan saya? Lupakan sejenak soal gaji, karena di luar sana saya mungkin bisa mendapatkan gaji yang lebih besar, tapi yang terpenting di sini, di perusahaan tempat saya bekerja saya bisa menuangkan ide kreatif saya, membuat program yang mengasah kemampuan saya dalam membaca peluang, dan yang terpenting di tempat saya bekerja saya juga bisa berkarya.

Berkarya, sesuatu yang saya tau dengan jelas makna dan bedanya dari bekerja dari Pandji. Melalui bukunya INDIPRENEUR dan melalui bit standupnya, Pandji pernah mencontohkan bedanya bekerja dan berkarya melalui sebuah cerita yang sangat memorable, kala itu Pandji bercerita mengapa seorang tukang bangunan dan seorang pengrajin yang sama-sama membuat tangga, hasilnya bisa beda. Seorang tukang kemungkinan hasil yang dia kerjakan akan ada beda antara jarak anak tangga satu dengan anak tanggal lainnya, tetapi seorang pengrajin bisa menghasilkan anak tangga yang presisi. Kenapa demikian? karena yang satu bekerja sementara yang satu lagi berkarya. Kira-kira begitulah analogi yang saya dapat dari perbedaan bekerja dan berkarya.

Lalu bagaimana penjabarannya dalam kehidupan sehari-hari? Paling tidak di kehidupan saya yang sudah sering mendengar bit-bit cerdas Pandji?

Oke mari kita bahas satu per Satu 


1.    Saya bekerja setiap hari dari jam 9 pagi sampai jam 6 sore. Di atas kertas memang saya bekerja. Saya mendapatkan gaji setiap bulan, saya punya hak untuk cuti, saya diberikan fasilitas dan tunjangan. Tapi di satu sisi saya juga berkarya. Saya anggap ketika saya membuat proposal sebuah program lalu saya tawarkan ke klien, saya sedang membuat karya. Ketika proposal di approve, dan kami mulai eksekusi, saya menikmati prosesnya, dan ketika itu jadi, lalu tayang, saya mendapat kepuasan. Ini adalah langkah awal saya berkarya, walau masih atas nama perusahaan
2.    Kenapa saya bilang saya berkarya? Karena saya menikmati semua prosesnya. Ketika kita bisa menikmati setiap proses dari apa yang kita lakukan, dan meminimalisir keluhan atas segala lelah dan kegagalan yang didapat dan mengubahnya menjadi api pengobar semangat untuk bisa melakukan yang lebih lagi dan lagi, serta mendapat kepuasan dari apa yang kita kerjakan, maka buat saya itu adalah langkah awal bahwa kita sedang berkarya
3.    Kapan terakhir kali bangun pagi dan merasa berat untuk datang ke kantor karena membayangkan apa yang akan terjadi di kantor sepanjang hari? Jika jawabannya adalah setiap hari ketika bangun pagi, maka sudah jelas, kamu pekerja bukan pekarya, karena saat ini hampir 6 tahun saya berada di kantor ini saya jarang sekali mengalami hal itu. Kenapa? Karena setiap hari saya merasa tertantang untuk melakukan hal yang baru, menuangkan ide-ide yang semalam sebelum tidur mampir di pikiran
4.    Banyak orang berpikir bahwa berkarya itu sebatas hanya seperti seniman yang menghasilkan lukisan, seperti pujangga yang menghasilkan puisi, atau musisi yang menghasilkan lagu. Lalu mereka yang bekerja di kantoran adalah pekerja yang tidak bisa menghasilkan karya. Tapi, buat saya, saya tidak ingin terbelenggu pada pemikiran seperti itu. Di bukunya, Pandji pernah berkata pekarya tidak harus berkesenian, tidak harus kriya, bahkan tidak harus pengusaha. Karyawan perusahaan bisa memiliki pola pikir pekarya. Seperti yang saya bilang sebelumnya, lupakan sejenak soal gaji, yang terpenting buat saya adalah perusahaan tempat saya bekerja memberikan kebebasan dan keleluasaan untuk karyawannya menuangkan ide dan menjalankannya. Banyak tawaran yang datang dengan iming-iming gaji yang lebih besar, tapi gaji bukan orientasi utama saya. Saya mencintai apa yang saya kerjakan saat ini, saya mendedikasikan pemikiran dan ide-ide saya ke dalam pekerjaan saya. Buat saya, saat ini saya sedang berkarya, tidak hanya sekadar bekerja.
5.    Pentingnya memahami  bahwa berkarya tidak harus berkesenian membuat saya semakin yakin bahwa seorang pekerja kantoran pun bisa berkarya. Jadi kapan kamu mau mulai  menjadi seorang pekarya?



0

22 January 2018




Bertempat di Jakarta Creative Hub, Thamrin, pameran foto dan video dari Komunitas Inspirasi Jelajah Pulau (KIJP) resmi dibuka kemarin, Sabtu, 20 Januari 2018. Buat yang bingung di mana itu Jakarta Creative Hub, patokannya ga jauh darin stasiun karet, lokasinya persis berdampingan dengan Apartemen Thamrin Residence. 

Saya sendiri baru pertama kali ke Jakarta Creative Hub (soal JCH ini saya berencana menuliskan di post yang berbeda 😀). Jadi apa sih sebenernya Pameran Foto dan Video ini, lalu apa itu KIJP? Sama dengan KJP?




Yup, jadi KIJP itu singkatan dari Komunitas Inspirasi Jelajah Pulau, sebuah kegiatan sosial yang peduli terhadap pendidikan anak sekolah dasar di kepulauan. Siapa aja yg gabung di KIJP? banyaaaak banget, berbagai macam profesi tergabung di komunitas ini. Saya sendiri baru gabung di batch 6, 2017 kemarin, dan ditempatkan di Pulau Kelapa, selama 3 hari. Jadi, jelas kan kalau KIJP beda dengan KJP. Yup, terdengar sama tapi sejatinya berbeda. Dulu waktu di Pulau Kelapa, banyak warga setempat yang masih mengira, kami ini dari KJP, heheheheh.

Lalu pameran foto dan video ini apa? Oke, jadi gini, setiap kegiatan KIJP ada yang namanya relawan inspirator dan ada yang namanya relawan dokumentator. Kalau relawan inspirator, adalah mereka yang mengenalkan profesi ke anak-anak pulau, nah relawan dokumentator adalah mereka yang mengabadikan setiap momen yang ada di pulau, mulai dari kegiatan di sekolah, ekspresi dan tingkah laku anak-anak, hingga interaksi antara anak dan relawan.So, untuk mengapresiasi karya-karya relawan dokumentator, dibuatlah pameran foto dan video. Ini sebenernya kali kedua, tahun 2016 lalu juga sudah pernah diadakan, waktu itu bertempat di Galeri Indonesia Kaya.




Kali ini ada sekitar 60 karya foto dari 2304 foto yang masuk. 60 foto ini lah yang berhasil lolos untuk kemudian dipamerkan. Melihat foto-foto ini, seakan membawa kembali memori semasa di pulau, ketika berinteraksi dengan anak-anak. Sebuah momen yang priceless banget, jadi ga sabar untuk ikutan KIJP batch 7 😀





Buat yang juga mau liat, datang aja mulai taggal 22 Januari sampai 27 Januari dari jam 11:00 sampai jam 19:00. Kali aja abis ini jadi pengen ikutan KIJP juga :)







Cheers,
Desy
0

09 January 2018

2018 memang sudah berjalan hampir sepuluh hari dan saya baru tergerak untuk membuat sebuah  recapRecap ini sendiri sebeneranya lebih ke catatan mengenai apa saja yang berkesan buat saya selama menjalani 2017.

Setidaknya ada lima hal sepanjang tahun 2017 yang berkesan buat saya

1. Satu tahun perjalanan Main ke Museum

Alhamdulillah, komunitas yang saya inisiasi bersama teman-teman yang tadinya tergabung di Kelas Inspirasi Jakarta 5, memasuki usianya yang setahun. Kalau diibaratkan manusia, komunitas kami masih batita. Kami masih perlu banyak belajar, masih perlu banyak ditempa pengalaman yang menjadikan kami dewasa nantinya. Semoga kami masih bisa terus bersama-sama dalam frekuensi yang sama. Untuk yang mau tahu lebih lanjut mengenai komunitas Main ke Museum, bisa membaca postingan saya yang ini


2. Main ke Museum Goes To Surabaya



Masih soal komunitas Main ke Museum, setelah sukses menggelar kegiatan Main ke Museum di Jogjakarta dalam rangka hari Pahlawan tahun 2016, maka saya terpikir untuk membuat kegiatan yang sama di tahun 2017. Jadi, kalau biasanya kegiatan reguler Main ke Museum setiap dua bulanan itu diadakan di Jakarta, maka ada satu momen di mana kami - para relawan - berkunjung ke museum yang ada di luar Jakarta, dengan mengajak anak-anak daerah setempat untuk belajar, bermain dan bersenang-senang di Museum. Maka tercetuslah ide Surabaya, dan momen yang kami ambil masih berkaitan dengan Hari Pahlawan. Anak-anak yang kami bawa berjumlah sekitar 90 anak dari 3 SD yang berbeda. Cerita soal suka duka membuat event ini akan saya ceritakan dalam postingan berikutnya


3. Ikut Komunitas Inspirasi Jelajah Pulau (KIJP)


Berada di antara anak-anak itu bagi saya seperti me-recharge energi, sementara berbagi adalah hal yang belakangan saya sadari selalu berhasil membuat saya merasa lebih hidup. Bahkan sepertinya berbagi menjadi passion saya. Berbagi membuat saya mendapat lebih banyak hal lainnya lagi, seperti saya bisa mendapat 'keluarga' baru, mendapat kebahagiaan yang bahkan tidak bisa diukur dengan materi. Maka, KIJP menjadi salah satu wadah saya untuk mencurahkan apa yang saya suka, dan dari sini juga pada akhirnya membuka banyak peluang baru serta pelajaran baru bagi saya.

4. Menjadi bagian dari tim Pandji Pragiwaksono

Berawal dari mengagumi selama hampir tujuh tahun, akhirnya di tahun 2017 ini, saya memiliki berkesempatan untuk 'bantu-bantu' di tim Pandji Pragiwaksono. Ga usah saya sebutin bantu dalam hal apa, tapi punya kesempatan untuk bisa belajar langsung dari orang yang selama ini saya kagumi saja sudah bikin saya bersyukur.


And Last but Not Least adalah

5. Diundang ke Istana Presiden




Yup berkat aktivitas saya di Main ke Museum, saya mendapat kesempatan diundang ke acara buka puasa bersama di Istana Presiden bersama orang nomor satu di Indonesia, Joko Widodo. Selain itu saya juga berkesempatan untuk bisa bertemu dengan banyak orang-orang kreatif dan berprestasi di bidangnya masing-masing. Sebuah kehormatan bisa mendapat kesempatan yang mungkin cuma bisa sekali seumur hidup ini.


Begitulah recap saya sepanjang tahun 2017 :)
See u on my next post

0

28 September 2017


Sekitar tiga atau empat bulan yang lalu, ketika iseng nontonin vlog di youtube, saya ketemu sama satu channel yang dari segi tampilan jauh dari kata menarik. Mulai dari teknik pengambilan gambarnya  hingga editingnya , dan bisa dibilang tampilan mas-mas ini ndeso. Jangan bandingkan dia dengan vlogger macam Bayu Skak, Skinny24, Agung Hapsah, apalagi Tim 2 One. Kalau kalian terbiasa menonton vlog seperti yang saya sebutkan tadi, maka akan sangat jomplang ketika melihat vlog mas-mas dengan logat jawa medok yang tinggal di Korea ini.

Mungkin karena keseringan mencari konten youtube soal Korea, atau kehidupan mahasiswa yang tinggal di Korea, maka youtube merekomendasikan saya sebuah akun channel yang dari namanya saja cukup unik : GOKIL ABIS. Awalnya saya bergeming  melihat rekomendasi youtube, tapi karena sering muncul, akhirnya saya klik juga. Penasaran se-gokil apa sih Channelnya.

Saya ingat betul saat itu, video yang saya tonton adalah video yang memperilihatkan si mas-mas Gokil Abis ini belanja di sebuah supermarket di Korea. Dia menceritakan tentang harga barang-barang yang dijual di Korea, yang tentunya lebih mahal dengan di Indonesia. Ada yang menarik ketika pertama kali menonton video dari Mas Gokil Abis ini, dengan logat jawa timuran yang medok, ternyata dia bisa berbahasa Korea juga walau tetap ketika berbahasa Korea tidak meninggalkan medok jawa nya. Lucu, tapi menarik. Lalu yang juga menarik setelah akhirnya saya menonton beberapa vlog nya adalah, mas Gokil Abis ini benar-benar menjadi dirinya sendiri, jujur, dan sederhana. Memang betul bahwa yang nonton youtube gak cuma mereka yang disebut millenials, atau mereka yang tinggal di perkotaan, dengan semakin banyaknya ponsel pintar yang dijual dengan harga murah, dan paket data yang juga semakin murah, maka siapa saja bisa mengakses Youtube, bahkan membuat akun channel di youtube. 

Konten vlog mas Gokil Abis ini beragam, seperti cerita mengenai bagaimana awalnya sampai ia bisa bekerja di Korea. Maka, tidak heran jika melihat kolom komentar nya, beberapa diantaranya sering bertanya ke Mas Gokil, gimana caranya kalau mau jadi TKI di Korea. 

Mas Gokil Abis yang bekerja sebagai sopir untuk sebuah pabrik kaca ini punya sapaan khas buat penonton channel youtubenya, dia selalu membuka dengan " Hai Gaes,". Sapaan ini saja sudah buat saya tersenyum ketika pertama menonton vlognya, belum lagi ia sering ngomong bajindul :))

Kalau vlogger lainnya sering bikin video Room Tour atau Home Tour, maka mas Gokil Abis ini juga gak mau kalah, dia bikin video home tour, dengan menunjukkan bagian-bagian dari tempat tinggalnya di Korea. Dia mampu menunjukkan sisi menarik dari dirinya dengan tetap menjadi dirinya sendiri, disaat banyak orang yang ketika ingin memulai menjadi vlogger, terlalu fokus untuk membuat video dengan editing yang luar biasa, terlalu pusing mikirin mau bikin vlog dengan konsep yang seperti apa, dan mikirin banget kira-kira konten yang bakal dibikin bakal berkualitas apa gak *sebenernya ini ngomong ke diri sendiri sih :p*, lalu tiba-tiba ada vlog yang secara tampilan dan konten terlihat biasa aja, tapi ternyata menarik - paling gak ini buat saya-, dan yang menarik lagi adalah dia menjadi inspirasi buat banyak orang di luar sana yang ingin memperbaiki nasibnya.

Saya salut akan sosok mas Gokil Abis yang sederhana ini karena kegigihannya, perjuangan dan kerja kerasnya selama proses menajdi TKI di Korea dan ketika hidup di Korea. Kisahnya bisa dilihat di video ini 



Selain itu, yang juga bikin saya salut adalah, tekad dia ingin memperbaiki hidup tidak hanya denga bekerja sebagai TKI di Korea, tapi dia juga membekali diri dengan kuliah di Universitas Terbuka, Jurusan Komunikasi di Seoul - Korea, dan mengambil semacam kursus servis mobil di salah satu universitas di Korea




Lalu, tiba-tiba beberapa waktu kemarin, saya lihat berita bahwa salah satu video yang diupload mas Gokil ini jadi viral. Videonya menceritakan perjalanan dia ke sebuah tempat rekreasi dan mencoba wahana yang ada, yang bikin lucu adalah ekspresinya dan celotehan berbahasa jawanya ketika mencoba wahana tersebut, dan ke-pede-an si mas Gokil ini mengajak ngobrol mbak-mbak yang duduk di sebelahnya dengan bahasa Korea.



Updatenya mas Gokil Abis yang punya nama asli Parindra Sidik Cahyono ini bakal ke Indonesia memenuhi panggilan beberapa stasiun TV di Jakarta untuk interview. Wis lah, semoga selalu sukses mase :) Tetap berkarya dan tetap jadi diri sendiri. Yang mau tau lebih banyak si mas Gokil Abis ini monggo main ke channel youtubenya


Terakhir, saya jadi ingat sebuah kutipan dari materi standupnya Pandji bahwa "Sedikit beda, lebih baik dari pada sedikit lebih baik," dan "Gak ada sesuatu yang tiba-tiba langsung bagus, yang penting mulai aja dulu, menjadi bagus itu adalah bagian dari berproses,"
0

16 September 2017

Sebenernya ini postingan yang sungguh sangat terlambat, tapi karena ada yang bilang bahwa lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali, maka tulisan ini saya buat sekarang.

Sudah kurang lebih setahun ini saya punya "keluarga baru" yang terdiri dari orang-orang dengan latar belakang berbeda, ada yang PNS, ada yang bekerja di Media juga seperti saya, ada yang dokter, ada yang youtuber, banker, backpacker, dan beberapa profesi lainnya. Mereka ini adalah orang-orang yang secara sukarela bergabung di komunitas yang saya bentuk 'Main ke Museum". 

Mereka-mereka ini yang bersama-sama saya selama kurang lebih setahun ini, bahu membahu berupaya memberikan pengalaman kepada adik-adik untuk mengenal sejarah bangsa ini melalui kegiatan Main ke Museum. 

Berawal dari sepenggal lirik lagu Menoleh nya Pandji "bahwa pelajaran tak harus dalam halaman buku sekolahan, buka wawasan," saya jadi berpikir untuk membuat sesuatu, membuat sebuah gerakan, tapi saat itu saya gak tau harus apa dan bagaimana memulainya, hingga saya mencoba untuk ikut bergabung sebagai relawan di Kelas Inspirasi Sukabumi, awal tahun 2016. Ini adalah kegiatan kerelawanan pertama yang saya ikuti. Perasaannya campur aduk, senang, capek, nagih, semuanya jadi satu. Ketemu teman-teman baru dengan semangat yang sama itu jadi tambahan energi tersendiri buat saya. Selesai KI Sukabumi, saya mendaftar lagi beberapa bulan setelahnya di KI Jakarta 5, di sinilah semua bermula. Di KI Jakarta 5, saya dapat sekolah di Tanah Tinggi. Saya sekelompok dengan orang-orang kece yang akhirnya sebagian diantaranya bergabung di Main ke Museum. 

Ketika KI Jakarta 5 berakhir, tercetuslah sebuah ide untuk kembali lagi ke Sekolah. Tapi apa yang akan dilakukan ketika kembali lagi ke sekolah? lalu saya terpikirkan menggabungkan museum dengan anak-anak. Kenapa? pertama saya suka geregetan ngeliat orang kalau datang ke museum cuma untuk foto-foto, demi eksis di sosial media tanpa tahu atau mau tahu tentang cerita yang ada dibalik foto, atau benda-benda yang ada di museum (I used to be one of this kind of people :( ). Okay memang gak semuanya begitu, tapi pemandangan itu yang lebih sering saya dapati ketika main ke museum. Bandingkan dengan orang luar yang ketika yang datang ke museum, mereka bahkan menyewa guide untuk memandu mereka menyusuri setiap ruangan yang ada untuk tahu sejarah apa yang ada dibalik benda-beda yang dipajang di museum. 

Lalu kenapa anak-anak? karena jauh dilubuk hati saya, sejak dulu saya punya concern terhadap pendidikan terutama untuk anak-anak. Saya percaya, bahwa maju atau mundurnya negara ini tergantung dari bagaimana anak-anak dididik. Dan pendidikan bukan hanya tugas pemerintah, tapi saya, kamu dan kita semua punya tugas yang sama, memastikan bahwa anak-anak di Indonesia, mendapat pendidikan yang sama dan layak. Berat? iya berat, karena Indonesia terdiri dari ribuan pulau. Tapi, kalau dilakukan bersama-sama tidak akan berat. Sudah ada banyak gerakan yang fokus terhadap pendidikan, sebut saja Indonesia Mengajar, Kelas Inspirasi, Seribu Guru, Koppaja, dan masih banyak lagi. Kalau kalian belum tau mau berbuat apa, mungkin bisa dicoba untuk terlibat menjadi relawan di salah satu komunitas tersebut. Sama seperti saya dulu, yang gak tau harus memulai dari mana. Lucky me, ketemu dengan Kelas Inspirasi, ketemu dengan orang-orang kece. Maka, ketika ide untuk kembali ke sekolah dengan mengajak anak-anak main ke musuem mendapat tanggapan positif, saya segera membuat proposal kegiatan, dan mulai memikirkan bagaimana agar kegiatan ini bisa berjalan tanpa membebani anak-anak, karena memang sekolah yang menjadi target dari komunitas ini nantinya adalah SD marjinal. 

Kegiatan pertama kami, berjalan cukup lancar, dengan persiapan yang cukup singkat, hanya sekitar tiga minggu dari sejak saya cetuskan ide ini. Kami kembali lagi ke sekolah, ketemu anak-anak yang punya semangat luar biasa. 









Hingga hari ini, setidaknya sudah 8 sekolah, 10 kegiatan, dan lebih dari 250 anak (Jakarta dan Jogja) telah kami ajak belajar, bermain dan bersenang-senang di Museum. Mimpi kami bisa mengajak lebih banyak anak lagi dan mengunjungi lebih banyak museum yang ada Indonesia. Can I get Amin? :)

Terakhir, saya cuma mau bilang bahwa ada banyak persoalan di negeri ini
Pilihannya : hanya mau berdiam diri dan berkeluh kesah atau mau ikut terlibat turun tangan
Saya memilih untuk yang kedua
Kini giliranmu. Ayo pilih perjuanganmu :)

0

Author

BTemplates.com

Checkpagerank.net