02 March 2015

Beberapa tahun yang lalu saya masih sempat blogwalking, update blog secara konsisten, cek timeline twitter secara berkala, baca postingan blog teman, tapi semuanya berubah ketika pekerjaan saya menuntut lebih dari yang sebelumnya. Terutama setahun kemarin, saya nyaris tidak pernah melakukan blogwalking, apalagi untuk mengupdate blog sendiri. Ibaratnya rumah yang jarang di kunjungi, blog saya pasti sudah berdebu dan banyak sarang laba-laba. Selain pekerjaan, yang juga menjadi kendala adalah rasa malas. Padahal ide sudah ada di kepala, hanya saja ketika hendak menuangkan ke dalam blog tiba-tiba menguap begitu saja di telan rasa malas akibat sudah terlalu lelah oleh pekerjaan.

Ah...saya jadi seolah-olah menyalahkan pekerjaan. Padahal di satu sisi saya juga mencintai apa yang saya kerjakan. Menjalani profesi AE hampir tujuh tahun dan pernah mencicipi beberapa media besar, termasuk media tempat saya sekarang bekerja hampir 2,5 tahun adalah hal yang luar biasa. Bisa bertemu banyak orang dari lingkup yang berbeda, selain menambah koneksi juga menambah wawasan. Kenapa saya tiba-tiba menulis ini? karena baru saja saya blogwalking ke blognya Dimas Novriandi dan membaca postingan dia soal belajar untuk fokus. Ya, intinya mungkin selama ini saya kurang fokus melakukan hal-hal yang menjadi prioritas. Maksudnya adalah terkadang saya mudah terdistraksi oleh hal-hal lain. Atau kadang saya juga mengalami yang namanya Monkey Mind - seperti yang juga di tulis Dimas di blognya- keadaan dimana ketika saya mengerjakan satu hal, tiba-tiba pikiran saya loncat ke hal lain. Misal ketika saya buat proposal untuk klien, tiba-tiba saya ingat belum follow up salah satu klien. Dari pada lupa, akhirnya saya memutuskan untuk menelpon klien saya untuk follow up, yang membuat akhirnya proposal yang saya kerjakan jadi tertunda. Pikiran yang mudah loncat-loncat inilah yang membuat kadang saya jadi tidak fokus. Padahal setiap hari saya sudah membuat list to do. Tetapi tetap saja pikiran saya mudah terdistraksi.

Ah...tampaknya saya harus membenahi diri agar bisa fokus, sehingga waktu saya tidak hanya habis untuk kerjaan, agar hal-hal yang juga menjadi passion saya seperti menulis bisa tetap di jalankan.
0

01 March 2015

Annyeong Haseyo!!!! 

Astagaaaa, ternayata untuk update positngan ketiga soal Jalan-jalan ke Korea, butuh waktu hampir dua minggu. Padahal draft tulisannya sudah ada di folder Komputer, tapi karena kerjaan yang lagi padet banget, makanya baru sempat posting sekarang. Buat yang belum baca positngan sebelumnya, monggo loh bisa di baca di part 1 dan part 2 . Baiklaaaah, sekarang saya mau cerita soal hari pertama ketika sudah menjejakkan kaki di Korea Selatan.

Herw we gooooooooo........

Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan – 2 jam Jakarta to Kuala Lumpur, 1 jam transit, dan sekitar 6 jam Kuala Lumpur to Seoul, maka sampai lah di bandara Incheon. 




 Yeaaaaayyyyyyyyyyy….. Perasaannya ? Campur aduk. Antara senang, senang banget, dan gak sabar mau menjelajah Seoul. Hahahahah. Sesuai itinerary, hari pertama, saya dan travelmate berencana untuk ke SINDO ISLAND . Mau ngapain? Mau datang ke rumah tempat syutingnya Full House. Eits, ga usah komen deh buat yang udah tau kalau rumah itu ternyata sudah tidak ada karena terkena badai tahun lalu, karena waktu saya kesana, saya missed soal informasi tersebut. Ini jadi catatan penting juga buat yang mau liburan ke tempat-tempat yang berhubungan dengan lokasi syuting drama-drama Korea, tanya bener-bener sama mbah google, lokasinya masih ada atau gak, jangan kaya saya, yang udah jauh-jauh kesana plus geret-geret koper, menembus cuaca dingin, nyebrang lautan, eh ternyata rumahnya udah ga ada. Huwaaaaaaa…. Rain mana Rain? Mau nangis di bahu nya dulu sebentar.

Tapi, proses menuju kesananya itu yang gak akan saya lupa. Saya akhirnya membuktikan kalau orang-orang Korea itu helpful banget. Sebelumnya saya cuma denger cerita dari blog-blog yang saya kunjungi saat lagi mempersiapkan liburan ke Korea. Banyak blog yang bilang kalau orang-orang Korea itu helful banget, dan terbukti! Baru hari pertama, tapi sudah beberapa orang yang saya temui dengan sangat tulus menolong. 

Kejadian 1

Setelah tanya di informasi yang ada di Bandara soal bagaimana cara menuju ke Sammok Wharf – pelabuhan ferry sebagai ‘pintu awal’ menuju SINDO ISLAND (Fyi, petugas informasinya good looking, bikin betah nanya lama-lama. Pura-pura bego aja dalam jangka waktu yang lama, supaya bisa natap mukanya yang lucu – oke abaikan ini. Mulai gak penting). Jadi menurut si dongsaeng (sebutan untuk adek dalam bahasa Korea, karena saya yakin umur saya jauh lebih tua dari dia, walau dari penampilan banyak yang mengira saya masih kuliah, aheeeyyy!!) naik subway menuju ke stasiun Unseo, lalu lanjut naik bus 201. Secara logika sih mudah di pahami ya. Tapi ternyata prakteknya, tidak semudah itu. Setelah sampai dan keluar dari stasiun Unseo, saya menuju halte bus terdekat, dan di halte bus memang tertera jadwal bus yang di maksud 

Petunjuk yang ada di Halte Bus
Agak gak jelas si fotonya, tapi kira-kira beginilah gambaran
informasi penunjuk waktu yang menunjukkan berapa lama lagi bis yang akan
kita naiki tiba

Tapi yang lupa saya tanyakan ke dongsaeng lucu tadi adalah, saya nunggunya di halte yang mana, karena ada dua halte yang sebrang-sebrangan dengan arah yang pasti berbeda. Nah Lho… Untung ada Ahjussi yang berbaik hati dan thank God dia bisa bahasa Inggris. Saya bilang lah ke dia tujuan saya kemana, lalu dengan setengah yakin setengah gak dia bilang kalau bener halte busnya yang di tempat saya berdiri, bukan halte bus yang di sebrang jalan. Singkat cerita, bus nya si ahjussi itu lebih dulu datang dari bus yang hendak saya naiki. Teruuuus, tiba-tiba seorang nenek yang juga lagi ada di halte yang sama dengan saya menghampiri, berbicara dalam bahasa korea, sambil tangannya memberi isyarat untuk menuju ke halte bus yang diseberang, karena busnya bukan yang disini, tapi yang di seberang. HAH???? Jadi ahjussi tadi salah? Apa gimana ni? Yang bener yang mana? Yang disini apa yang di seberang? Dan masih dengan semangatnya, nenek tadi tetep kekeuh ngasih sign kalau saya harus nyebrang. Baiklah, oke Nek! Saya nyebrang ni ya? Bener ya? Ya udah deh ngikut aja.

Itu foto Nenek yang menghampiri saya. Ternyata dia sudah
memperhatikan dari saat saya ngobrol dengan Ahjusii

Jadilah saya geret-geret koper ke halte bus yang ada di seberang jalan. Sampai di sana, saya kembali menatap ke papan rute yang ada di halte bus, dengan mengeja terbata-bata, tulisan Hangeul yang mencantumkan rute tujuan saya. Dengan perasaan yakin gak yakin, kayanya sih bener ini halte bus yang akan membawa saya ke SIDO Island. Tapi, untuk lebih memastika saya nyoba nanya sama cowok yang berdiri gak jauh dari halte bus, dan ketika saya tanya : Can You Speak English? Diapun menggelengkan kepala. Saya tidak patah semangat, saya masuk ke minimart yang ada disitu dan bertanya sama mbak-mbaknya, dengan bahasa Inggris yang sepenggal-sepenggal, dia bilang iya nunggu nya di halte bus yang ini. Baiklah. Lalu di halte tempat saya menunggu, ada segerombolan nenek yang entah tujuan nya kemana, tampak memperhatikan saya dan travelmate saya yang lagi kebingungan. Lalu salah satunya menghampiri, dan bertanya dalam bahasa Korea.

Saya yang cuma pernah belajar bahasa Korea sampai dasar dua, mencoba menangkap isi pertanyaannya, dan kesimpulan saya saat itu adalah si nenek bertanya : MAU KEMANA? Dengan percaya diri, saya jawab, mau ke SINDO ISLAND. Intinya setelah si nenek ngajak ngobrol pake bahasa Korea dan saya yang mencoba memahami walau gagal, dan mencoba menjawab, setengah korea, setengah inggris, setengah Indonesia, di temukanlah jawaban bahwa kami punya tujuan yang sama. Dan si nenek pun berkata : Katchi Kaja (Ikuti saya). Ah…si nenek baik sekali, walau tidak bisa bahasa inggris, dan kami berkomunikasi dengan bahasa tubuh, akhirnya saya naik bus bareng sama gerombolan nenek –nenek yang kemungkinan menurut insting saya mereka lagi reuni :)

Perjalanan menuju Sammok Warf hanya sekitar 20 menit, begitu sampai, saya harus menuju bagian ticketing. Oleh si mbak-mbak penjaga ticketing, saya diminta untuk menunjukkan paspor sebagai tanda pengenal, lalu setelah itu saya di beri karcis untuk naik ke atas Ferry yang menuju SINDO ISLAND. 

Perjalanan menuju Sammok Wharf

Singkat cerita dengan menempuh perjalanan kurang dari lima belas menit saya dan travelmate sampailah di SINDO ISLAND. Setelah sampai, saya kembali menuju bagian ticketing, untuk bertanya arah ke SIDO ISLAND. Sesampainya di depan loket saya mengutarakan maksud saya untuk ke SIDO ISLAND, dan si mbak-mbak nya dengan cekatan menjawab : "Ahhhh Full House," yaaa bener mba saya mau ke Full House! Si mbaknya ngomong lagi : Take a bus. A Green One at parking lot. Okay, naik bis yang warna hijau ya mba. Yang di depan itu kan? Fine. Gampang. Lalu saya menuju ke area parkir yang di maksud. Bis Hijau. Mana? Kok ga ada. Adanya biru. Dan, seorang ahjussi menghampiri, lagi-lagi bertanya dalam bahasa Korea, yang saya artikan secara feeling adalah mau kemana. Saya jelaskan maksud saya dalam bahasa inggris, yang di respon dengan MELONGO oleh si Ahjussi. Setelah susah payah berdialog dalam bahasa isyarat, akhirnya saya naik ke bis biru tersebut. Namun, untuk lebih meyakinkan, saya minta travelmate saya untuk mastiin lagi ke dalam, nanya ke mba ticketing tadi, yang bener biru apa hijau. Karena ada juga bis hijau tidak jauh dari bis yang saya naiki, tapi tidak ada drivernya. Stelah memastikan bahwa bis yang saya naiki ini adalah benar bis menuju SIDO Island, maka saya sedikit bisa menarik nafas lega. Daaaaannnn….sampailah kami di SIDO ISLAND. Dalam hati saat itu : dikit lagi sampai ni. Oh ya, bis yang mengantarkan saya ke SIDO ISLAND ini tidak memungut biaya. Entah kenapa. Anggap saja rejeki anak soleh :)
Peta Sido Island, yang ada di dalam bis. Lewat peta ini
saya mencoba menerangkan ke si Ahjussi tujuan saya.
Kebetulan di dalam peta ini ada Sugi Beach tempat syuting Full House

Setelah mengikuti petunjuk dari sopir bis yang mengatakan bahwa untuk mencapai SUGI BEACH - lokasi drama Full House - cukup jalan sekitar 500m. Oke, maka dengan semangat 45, walau cuaca saat itu hanya 2derajat celcius, saya dan travelmate berjalan ke arah yang di tunjukkan. 

Tapi, setelah lebih dari 500m , kok ga ada tanda-tanda kehidupan ya. Asli pulau ini tuh sepi bangeeeet. Cuma ada hamparan sawah di kanan saya yang warnanya kecoklatan dan ada bekas sisa salju, di tambah suara gagak dan guguk (gagak itu burung, guguk itu anjing), berasa serem juga sih.



Kira-kira beginilah suasana Sido Island. SEPI bangeeet


Tapi lagi-lagi karena semangat mau ke lokasi syutingnya Full House pikiran yang aneh-aneh saya singkirkan. Sempat ada angin segar ketika melihat plang penunjuk arah ke SUGI BEACH. Namun, berhubung jalannya agak menanjak, saya putuskan agar salah satu dari kami yang melihat ke atas. Maka keputusannya adalah saya yang harus ke atas untuk melihat apakah benar itu jalan menuju SUGI BEACH. Cukup melelahkan untuk melewati jalanan yang cukup menanjak itu, dan setelah sampai di atas, saya melihat ada jalanan turun untuk menuju ke pantai. Ya benar itu adalah SUGI BEACH, tapi rumahnya gak ada. Saya berpikir ah jangan-jangan bukan di sini, maka saya segera berlari lagi ke arah awal dimana travelmate saya menunggu. Kali ini sudah mulai putus asa, tampaknya tidak akan berhasil. Maka saya dan travelmate memutuskan untuk berjalan balik ke arah tempat kami tadi turun dari bis, sambil berharap akan ada bantuan. Singkat cerita akhirnya di tengah sepinya pulau SIDO, kami bertemu seorang kakek. Sebenarnya ragu kalau dia mengerti bahasa Inggris, tapi mau gimana lagi, harus di coba. Maka kami hampiri lah dia, dan ternyata benar kakeknya gak bisa bahasa inggris, jadi terpaksa lagi-lagi harus bicara dalam bahasa isyarat. Sebut saja kakek ini bernama Lee Seung Gi. Di saat seperti inilah, tiba-tiba ada mobil bak terbuka berhenti, dan keluarlah seorang kakek menghampiri. Sebelum dia berbicara dengan kami, dia terlebih dahulu berbicara dengan kakek Lee Seung Gi. Sebut saja si kakek kedua ini bernama Lee Min Ho (yak mulai delusional). Lalu, setelah dua kakek ini bercakap-cakap, si Kakek Lee Min Ho ini bertanya kepada kami dalam BAHASA INGGRIS. THANK GOD SI KAKEK LEE MIN HO BISA BAHASA INGGRIS!! Dia bertanya kami mau kemana, setelah kami ceritakan maksud dan tujuan kami datang ke pulau nan sepi ini, beliau bersedia mengantarkan ke tempat yang di maksud. 

Yeaaaayyyyy……Dan sampailah kami di tempat di mana tadi saya sudah kesana!! Hah?? Ini kan tempat tadi. Tadi kami juga sudah ke sini kek, tapi gak ada apa2. Yakin ini lokasi syutingnya? Rumahnya mana??? Dan si kakek pun menjawab : RUMAHNYA SUDAH DIHANCURKAN Jeng..jeng…berasa ada petir menyambar di siang bolong. Rumahnya sudah dihancurkan? Hancur pula lah perasaan saya saat itu. Semangat yang tadi 45, kini jadi tinggal 2, sama dengan suhu di luar. SO? Mau gimana? Tanya si Kakek. Ya udahlah, kami mau balik aja ke Sammok Warf untuk melanjutkan perjalanan ke Seoul. Dan, dengan baik hatinya si kakek mengantarkan dua traveler yang sudah tak semangat ini ke Sammok Warf. Begitu sampai, dan saya bertanya berapa yang harus kami bayar untuk jasa baiknya si Kakek Lee Min Ho ini, kakek pun menjawab : GAK USAH BAYAR. FREE. Duh pengen meluk si kakek deh. Tapi saya urungkan niat memeluknya. Saya hanya bisa berkali-kali membungkukkan badan sambil bilang : KAMSAHAMNIDA KAKEEEEKKKK 


Ini foto kakek yang menolong saya :)
Semoga beliau sehat selalu 


Seoul 
Setelah melakukan perjalanan yang cukup menguras tenaga di awal kedatangan, maka selanjutnya adalah menuju tempat penginapan. Rute nya balik ke tempat awal, dari Sammok Warf menuju ke stasiun Unseo, untuk selanjutnya menuju ke Seoul station untuk transit ke line 3 dan menuju stasiun ANGUK. Dari stasiun ANGUK untuk ke penginapan, berdasarkan informasi yang saya dapatkan di website Beewon Guest House adalah saya harus keluar exit 4 lalu ke kiri, dan ikutin aja jalan sampai nemu pertigaan lurus aja, nanti bakal ketemu KB Bank, dari situ udah deket. Dan ternyata informasinya bener, dan tidak terlalu sulit untuk menemukannya. Walau setelah keluar dari Exit 4 kami sempat bertanya pada polisi yang lagi-lagi good looking plus masih muda. Finally sampailah di Beewon Guest House.

gambar di ambil dari http://english.visitkorea.or.kr/enu/SI/SI_EN_3_1_1_1.jsp?cid=1940041

Saat sampai, kami di sambut resepsionis penginapan yang bertugas saat itu. Saya sempat melirik ke name tag nya, ternyata namanya Dave. Begitu tau kalau tempat kami menginap ini cukup bagus, maka kami memutuskan untuk membatalkan penginapan yang satu lagi di itaewon (baca postingan saya yang ini untuk tahu bahwa saya memesan dua penginapan) dan langsung booking kamar dormitory. Alhamdulillah ada. Harganya pun oke punya, yang kalau di rupiahin hanya sekitar 170rb rupiah. Begitu masuk ke Beewon Guest House saya langsung jatuh cinta. Suasananya benar-benar nyaman. Kamar saya di hari pertama adalah kamar double standar, 1 double bed, non smoking room, berada di lantai dua. Kira-kira begini penampakannya :



Setelah beres-beres dan bersih-bersih, kami langsung keluar lagi untuk mencari makan. Daaaan betapa senangnya ketika mengetahui bahwa di daerah sekitar penginapan banyak sekali kios-kios ahjuma yang menjual makanan. Karena gak tau yang mana yang enak dan yang mana yang enggak, akhirnya kami memilih secara random dan berdasarkan feeling, dan untungnya tidak mengecewakan.

Massitaaaaa


Setelah perut terisi dengan kenyang, kami lantas menuju ke Namsan Tower. Cara mencapai ke Namsan Tower dari Anguk station (line 3) adalah : turun di Chungmuro station, exit 2, lalu lanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus nomor dua atau 5 dan berhenti di N Soul Tower


saya dan travelmate




Akhirnya setelah puas foto-foto di N Seoul Tower, kami balik ke penginapan, berhubung sudah sangat lelah dan cuaca yang makin dingin. Berakhirlah perjalanan hari pertama, sampai ketemu di tulisan selanjutnya.......


Next Tulisan : Beewon Guest House dan Jalan-jalan ke Korea #Part 4 Hari Ke dua

7

Author

BTemplates.com

Checkpagerank.net