18 September 2016

Tiga bulan yang lalu, 18 Juni 2016 saya buat postingan ini, dengan tujuan untuk ikut kompetisi #balasdi18 nya Pandji. Seperti yang saya tulis di akhir postingan saya bahwa "Menang ataupun tidak, yang jelas kini kita sama-sama berkarya untuk Indonesia yang lebih baik". Jujur, saat itu saya nothing to lose, mengingat saya posting tulisan menjelang deadline. Ini lah yang dinamakan The Power of Kepepet. Ide bisa muncul disaat-saat menjelang waktu tenggat.

Sebelum memutuskan untuk membuat tulisan tersebut, saya sempat mencari tahu, karya-karya yang disubmit oleh followersnya Pandji yang lain, dan pada keren-keren sih. Niat. Makanya, akhirnya saya tidak terlalu berharap menang, yang penting sudah nyoba, dari pada menyesal karena tidak mencoba.

Dan, yang bikin nahan nafas adalah saat pengumuman, walaupun ga berharap menang, tapi tetap kepo, pengen tau siapa yang berhasil ke Jepang, ikut dalam rangkaian world tour #JuruBicara Pandji. 


                                                                Pengumuman via instagram


Asli, ketika saya liat postingan pengumuman Pandji di instagram, level norak saya meningkat sepersekian persen, jejingkrakan sendiri di dalam kamar, plus pakai adegan drama menitikkan air mata haru dan ga percaya bisa menang dan berhasil ikutan ke TOKYO!

Akhirnya, Agustus kemarin tanggal 10 - 14, pergilah saya dan team rombongan #JBWT ke Tokyo 



Muka bantal semua, karena harus berkumpul jam 3 pagi di Bandara

Kami berangkat tanggal 10 Agustus, dengan total waktu tempuh selama 15 jam perjalanan, karena harus transit di Hongkong sekitar empat jam, sebelum akhinya sampai di bandara Narita.  Di Narita, kami dijemput perwakilan PPI Kanto, untuk diantarkan ke tempat menginap di Wisma Indonesia


Wisma Indonesia
Sampai di Wisma, keadaan sudah lelah tapi lapar, akhirnya setelah menaruh semua barang, dan pembagian kamar, mencari makan adalah hal yang harus dilakukan. Berjalan sekitar lima belas menit, akhirnya kami memilih temapt makan ala Yoshinoya, yang begitu masuk ada mesin untuk memilih menu yang akan kita makan.
Lelah dan Lapar
Setelah perut terisi, apakah begitu sampai wisma kami tidur? jawabannya adalah gak, karena saya yang sebenarnya pengen langsung ketemu kasur, diajak main werewolf dulu. Awalnya cuma gabung di ruang tengah dan cuma merhatiin cara mainnya, akhirnya jadi malah ikutan dan ketagihan :)))

Awas salah tunjuk, karena bisa jadi dia bukan werewolfnya :))
Hari kedua kami menjelajah Tokyo, mulai dari kuil Meiji-Jingu, makan di Yoshinoya, muterin Harajuku dan terakhir ke Odaiba

gerbang masuk Meiji


Harajuku


Hari kedua, kami menjelajah Asakusa, plus ada keperluan mas Pandji untuk pengambilan gambar buat keperluan Lenovo, dan karena waktunya terbatas, jadi ga banyak yang bisa dieksplore, hanya beli beberapa pernak-pernik buat oleh-oleh, lalu setelahnya lanjut ke Akihabara, dan karena mas Pandji mau ada pertemuan dengan kedubes, jadilah setelah dari Akihabara kami balik ke wisma dulu. Istilahya kaya pecah team gitu deh, mas Pandji dan team termasuk opener (Barry) datang ke jamuan makan dengan Dubes Jepang, sementara sisanya, saya, Mba Mila (istrinya mas Pandji) dan Awwe memutuskan untuk jalan ke Shibuya.
Makan siang sebelum menjelajah Asakusa
Pengambilan gambar untuk Lenovo

Awwe, saya dan Mba Mila @Shibuya Crossing street
Mas Pandji dan team nyusul, buat ngambil gambar untuk kepentingan vlog
atau next projectnya mas Pandji gitu deh


Hari ketiga, hari Sabtu, adalah hari H untuk tour #JBWT Tokyo, hari ini, pada gak kemana-mana kecuali saya yang nyoba pergi ke Asakusa (lagi) sendiri, karena ada yang belum sempat kebeli di hari sebelumnya. Pakai adegan nyasar, tapi untung akhirnya semuanya aman terkendali

Lokasi kampus tempat #JBWT, GRIPS, Tokyo

Kapan lagi ya kan bisa foto di backstage, sebelum manggung

Mas Pandji perform
Ga usah ditanya lagi gimana penampilannya, cuma satu kata PECAH!
Kelar acara, kami diajak makan sushi oleh Bu Alinda, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Tokyo, yang mengaku baru kali ini tertawa terbahak-bahak menonton standup comedy :D

Makannya juga ga tanggung-tanggung di restoran Jepang mewah yang ada di salah satu gedung tinggi di Tokyo



sashiminya fresh banget

Kelar makan, kenyang lalu ngantuk
Setelah puas menikmati sushi di negeri asalnya, bu Alinda nyempetin nganter kami ke Tokyo Tower, yang menjadi salah satu landmark di Jepang


Rombongan #JBWT, Tokyo. Photo by mas Mbicu

Dan, foto tersebut menandai perjalanan kami di Tokyo selesai sudah, karena keesokan harinya, Minggu, kami bertolak kembali ke tanah air.

Perjalanan lima hari yang menyenangkan bersama Pandji dan team plus mba Gamila Arief, istri mas Pandji yang ga cuma cantik tapi juga lucu dan humble.

Oya, buat yang penasaran materi-materi Juru Bicara, tanggal 17 Oktober nanti tiket dengan harga normal udah bisa dibeli. Eh, atau udah ada yang dapat di pre sale 1 dan 2? kalau gitu sampai ketemu 10 Desember ya. Iya, saya nonton lagi. Mau ketawa bareng 2999 orang lainnya di Kasablanka :D








0

18 June 2016

Saya bingung harus memulainya dari mana
Tapi yang jelas, tulisan ini dibuat setelah melihat video Pandji di sini beberapa menit yang lalu. Ya, baru beberapa menit yang lalu. Sebenarnya, saya sempat ngeh bahwa untuk #balasdi18 kali ini hadiahnya adalah ke Tokyo bareng Pandji, yang lagi jalanin world tour Juru Bicara, tapi karena saat itu saya dalam keadaan ngantuk banget selepas sahur, maka niatan untuk mencari tahu mengenai cara untuk ikutan saya urungkan. Baru pagi ini saat notifikasi di Facebook memberi tahu bahwa Pandji ulang tahun, saya baru ingat bahwa hari ini tanggal 18, dan Pandji kan buat #balasdi18. Maka saya langsung cek video Pandji tersebut.

Buat yang bingung menegani apa itu #balasdi18, sebenarnya di video Pandji yang diupload di vidio.com sudah dijelaskan mengenai apa itu #balasdi18, tapi mungkin ada yang kuota internetnya terbatas, atau sinyal lagi jelek, jadi agak susah muter videonya, maka saya bantu jelaskan :


Jadiiiii, #balasdi18 itu cara Pandji untuk terima kasih ke followernya dengan ngasih hadiah gratis setiap tanggal 18. Tapi tentu ada caranya untuk bisa dapatin hadiah ini


Saya dulu pernah ikutan waktu hadiahnya trip ke Bali, tapi ga menang tripnya. He he he. Tapi walau ga menang hadiah utama, saat itu saya dapat DVD nya Pandji, saya lupa yang mana, karena ada beberapa DVD Pandji yang saya punya

Nah, untuk #balasdi18 kali ini, hadiahnya adalah Trip ke Jepang. JEPANG! iya Jepang. Wow banget kan. Dan untuk bisa menangin,
Pandji minta followersnya untuk buktiin bahwa followersnya adalah WONGSOYUDAN melalui karya
Karyanya APA SAJA. Bisa tulisan di blog, di steller, facebook notes, video, bikin t-shirt, boneka, apa aja pokoknya KARYA. Nah, karena saya bisanya nulis, jadi saya memilih untu nulis di blog saja mengenai seberapa wongsoyudan sih saya.

Oke, untuk membuktikan bahwa saya adalah wongsoyudan, maka saya akan kasih beberapa link dari blog ini, dari sini bisa dilihat bahwa saya mengikuti perjalanan Pandji dari dulu

1. Ini adalah tulisan pertama saya soal Pandji http://bit.ly/1tBdXrw
2. Tulisan berikut adalah mengenai sulitnya mencari tiket twivate concert http://bit.ly/1V3BVBohttp://bit.ly/262UxwS, http://bit.ly/1UTL4iL
3. Yang ini adalah pengalaman saya menonton pertunjukannya Pandji http://bit.ly/1SatUZKhttp://bit.ly/268Nu2q
4. Dan tulisan berikut adalah sedikit review mengenai film dan program Pandji di televisi http://bit.ly/23hrZKO, http://bit.ly/1UTKaCW
5. Sementara yang ini adalah tulisan mengenai pelajaran yang saya dapat dari 'gagalnya' seorang Pandji http://bit.ly/1Ovc0WR
6. Link terakhir ini adalah wujud kegembiraan dan terima kasih saya kepada Pandji http://bit.ly/1UTMCcv Berawal dari sinilah,  tulisan saya akhirnya ada dalam buku INDIEPRENEUR nya Pandji, beberapa tahun setelah saya menulis di blog ini.



Dan ini adalah beberapa karya Pandji yang saya punya :

Beberapa lainnya, ada yang dipinjam belum balik :(

Lalu, setelah beberapa tahun mengikuti perjalanan Pandji, apakah saya sudah berbuat sesuatu? karena WONGSOYUDAN takdirnya berjuang. Jawabannya : ya saya sedang berbuat sesuatu melalui #mainkemuseum

Saya terinspirasi dari lagu MENOLEH nya Pandji, yang liriknya kira-kira begini :
Menoleh ke belakang, lihat yang ditinggalkan, PELAJARAN TAK HARUS DALAM HALAMAN BUKU SEKOLAHAN, BUKA WAWASAN

Ini adalah salah satu lagu favorite saya.
Penuh semangat
Penuh pesan

Dan karena lagu ini lah, saya semangat untuk membuat sebuah program yang intinya mengajak anak-anak SD marjinal di Jakarta (harapannya nantinya seluruh Indonesia) untuk belajar mengenal sejarah melalui museum.

Alhamdulillah, program perdana ini sudah berjalan Mei kemarin
saya sempat minta Pandji untuk bantu RT kegiatan ini
Dan terimakasih sudah didukung dengan dibantu RT

Inilah kami relawan #mainkemuseum bersama anak-anak dari SDN 11 Tanah Tinggi

Terimakasih mas Pandji karena karyamu membuat banyak orang terinspirasi dan pada akhirnya juga ikut berkarya.
Selamat ulang tahun. Terus berkarya, karena kelak ketika kita sudah tidak lagi ada di dunia, hanya karya yang mampu bertahan dan diingat orang. Dan terimakasih telah membuat #balasdi18. Menang ataupun tidak, yang jelas kini kita sama-sama berkarya untuk Indonesia yang lebih baik.










1

10 April 2016


Sejak meledaknya standup comedy di Indonesia sekitar lima tahun yang lalu, hingga saat ini sudah tidak terhitung ada berapa banyak komika yang bermunculan, baik itu yang berawal dari komunitas, atau dari sebuah ajang pecarian bakat yang diadakan oleh sebuah stasiun televisi - belakangan ada TV nasional lainnya yang juga membuat ajang kompetisi semacam ini. Maka, tidak heran perjalanan standup comedy di Indonesia semakin berkembang, dan semakin diminati, dan ini bagus, karena paling tidak masyarakat punya banyak pilihan untuk menikmati komedi.

Namun, seperti halnya musik yang punya banyak genre, dan tidak semua bisa saya nikmati, begitu pula dengan standup comedy. Terhitung dari awal kemunculannya, hanya beberapa nama saja yang membekas hingga sekarang. Ada yang masih aktif di panggung standup comedy, dan ada yang sudah tidak tahu bagaimana kabarnya - entah mungkin saya yang tidak ter-update mengenai si komika atau memang si komika punya kesibukan lain yang membuatnya jadi jarang tampil di panggung stand up.

Diantara nama yang masih sering muncul di panggung standup comedy adalah Acho atau Muhadkly Acho, yang waktu awal kemunculannya membawakan materi mengenai Priok. Terakhir saya nonton Acho bulan Desember kemarin dalam event Jumat Keramat, yang diadakan oleh Transparancy International Indonesia (TII). Materi-materi yang dibawakan Acho selalu segar, lucu, dan menggelitik. Sama, seperti ketika kemarin malam, Acho tampil lagi dalam event stand-up comedy yang bertajuk #TalkofLife Part 1 (part 2 nya tanggal 16 April), materinya rata-rata baru - paling tidak baru pertama saya dengar. Acho menjadi opener dalam event kali ini, dan sebagai opener Acho berhasil memanaskan kami sebagai penonton. Jokes yang dilempar Acho, semuanya kemakan sama penonton sehingga menghasilkan tawa yang pecah.

#TalkofLife diadakan di Pong Me, Kemang, dan lokasi tempat diadakannya pertunjukan inilah yang menjadi bahan materi pembuka Acho yang menuai tawa dari seratus penonton yang hadir malam itu. Pong Me sendiri adalah sebuah cafe yang menyatukan unsur cafe dengan ping pong, mungkin buat pemilik cafe ini , idenya luar biasa, tetapi buat TNI ini mah biasa, lah setiap hari mereka main ping pong, sampai kemarin sempat menjadi juara ping pong mengalahkan Tiongkok. Kira-kira begitulah materi awal Acho dalam membuka penampilan malam itu.

Materi ini baru pertama saya dengar, sehingga terasa segar, dan sebagai awalan, Acho berhasil membuat saya ngakak, terutama ketika dia bilang, "Untung Bu Susi, ngeledakin kapal-kapal, jadi TNI palign gak ngelakuin job desk sesungguhnya. Kasian TNI kita, kerjanya cuma main pingpong," dan yang paling gong adalah ketika Acho bilang, motor aja kalau ga di panasin bisa macet, apalagi Tank. Buat yang nonton kemarin, pasti paham, dan buat yang cuma baca melalui tulisan ini, semoga suatu saat kalian punya kesempatan mendengar materi ini secara utuh, karena asli lucu banget.

Materi Acho lainnya yang juga membekas kemarin malam adalah soal ketangkapnya anggota TNI, DPR dan sipil yang pesta narkoba bareng, punchline nya adalah "Pancasila aja susah buat nyatuin mereka," Ini ngakak parah sih, sambil bergumam dalam hati, bisa-bisanya kepikiran ya. Bit soal menjadi tua, juga kalau dipikir-pikir benar juga, dan udah mulai ngalamin sih - apakah ini tandanya saya mulai menua juga hahahah - lalu, bit soal kondom dan vagina juga lucu, tapi saya gak akan tulis di sini, He he he. Intinya penampilan Acho malam itu berhasil memuaskan saya yang yang emang dari dulu selalu suka dengan materi-materinya, dan hingga saat ini belum pernah kecewa sih dengan penampilan Acho. Good Job ACHO!!!


Setelah Acho tampil, maka giliran Adri yang tampil, di awal-awal saya kok ngerasa kaya Adri agak terbata-bata ya, jujur di awal-awal agak capek denger Adri menyampaikan materinya, walau tidak mengurangi kelucuan dari maeri yang dibawakan. Tapi itu hanya berlangsung di menit-menit awal, selanjutnya Adri tampil prima, hingga akhir acara. Adri ini salah satu komika yang bisa dihitung dengan jarinya muncul di TV, makanya bener kata Adri, ketika menyapa kami yang datang untuk nonton "Makasih udah mau meluangkan waktunya untuk datang kemari, nonton standup yang kalu di tanya ama temen, siapa yang tampil juga susah ngejelasinnya," hahahahah kira-kira begitu yang Adri katakan. Bener banget Dri, saya suka susah kalau mau jelasin siapa itu Adriano Qalbi, tapi yang jelas, Adri ini yang materi-materinya gokil sih, walau dengan cara penyampaian yang cepat, tapi Adri mampu mengutarakan materi dari sudut pandangnya, dan menurut saya sudut pandang yang digunakan Adri ini cerdas.

Sekadar info, materi Adri ga cocok untuk mereka yang cuma mau ketawa tanpa mikir, karena bisa dipastikan kalau lambat mencerna materi Adri, pasti jatuhnya antara gak ngerti atau akan menganggap materinya gak lucu, atau bakalan bilang "males ah, mau ketawa aja pakai mikir dulu, Tapi percaya deh sama saya, kalau kalian bisa mencerna materi Adri, pasti bisa ngakak sampai sakit perut bahkan akan standing ovation. Makanya ketika saya tahu, bahwa di part pertama #TalkofLife ini ada Adri, saya berniat untuk datang. Tetapi niat tinggalah niat, ketika sehari sebelum pertunjukan ini berlangsung, saya coba telpon Teddy - nama yang tertera di e-poster acara untuk memesan tiket - dan ternyata tiket sudah habis terjual, gak ada OTS. Antara kesal dan menyesal. Saya berpikir bahwa akan ada tiket OTS.

Tapi, saya gak pantang menyerah, hari Sabtu, beberapa jam sebelum pertunjukan saya mencoba search di twitter, kali-kali aja ada yang mau jual tiketnya, dan.......termasuk golongan orang-orang yang beruntung lah saya ketika ternyata ada yang jual kelebihan tiket, karena temannya gak jadi nonton. Tanpa pikir panjang, saya langsung mention pemilik tiket tersebut : Budi Iskandar ( yang lucunya saat acara, secara gak sengaja kami duduknya sebelahan). Emang dasar rejeki, akhirnya saya dapat tiket pertunjukkan malam itu.

Lalu, materi Adri yang mana yang membekas?
Akting sinetron yang sama kaya bokep. Ha ha ha materi ini cukup menarik,
Kehidupan setelah pernikahan : betapa annoyingnya suara hairdryer di pagi hari, dan udahlah terima aja, cewek itu kalau make up ama gak make up emang beda. Materi ini bangke sih sebenernya, tapi lucu banget. Dan soal kenapa kalau udah nikah dan lagi berantem, kudu udah baikan sebelum tidur, bukan karena umur gak ada yang tau, tapi lebih karena, males aja gitu bangun pagi dan harus melihat muka orang yang rasanya mau dicekek semalam.

Daaaaannnn Adri menutup dengan materi soal pijet, pijet plus-plus, pijet plus-plus yang akhirnya pakai hati, ya gak papa juga kalau sampai pakai hati dan mau dinikahin. Sama aja kaya ya gak papa juga kalau mau beli mobil seconda kan, tapi jangan heran kalau pas ada teman yang naik mobil lo dan bilang "KAYA PERNAH NAIK MOBIL INI,"

Akhirnya malam Minggu yang agak gerimis serta diwarnai pulang ketemu bubaran bola di Senayan itu menyisakan tawa yang masih membekas sampai sekarang. Seratus ribu yang gak sia-sia. Kurangnya cuma satu : KURANG LAMA. Ha ha ha

3

09 April 2016

Pasti pernah kan atau bahkan sering, tiba-tiba secara gak sadar ada lagu yang muter di kepala? Tapi kadang ga tau yang nyanyi siapa, cuma karena sering denger di radio, atau tau yang nyanyi tapi gak tau judulnya. Saya sering banget ngalamin hal kaya gini, tiba-tiba lagunya muter mulu di kepala, biasanya bagian reff,  dan biasanya kalau udah gini, pas lagu aslinya muncul di radio, saya langsung buru-buru gunain aplikasi sazzam untuk cari tau penyanyi dan judulnya.

Nah belakangan, ada kira-kira lima lagu yang lagi sering banget muter di kepala, dan biasanya jadi suka banget ngulang-ngulang lagu ini di youtube, ini dia listnya :


1. Cold Play - Hymn For The Weekend

Awalnya biasa aja denger lagu ini, tapi jadi akhirnya muter terus di kepala, gegara Starworld sempat pakai lagu ini buat promo acara Visctoria's Secret Swim Special 2016

2. Joe Jonas - Levels


Kalau ini, karena lirik awalnya terdengar seperti lagi ngomong "Trus..tru..trus" padahal mah levels..levels...levels


3. Zayn Maliq - Pillow Talk

Duh, kalau ini brondong yang mulai beranjak dewasa, udah gak anak boyband kinyis-kinyis lagi di mata saya. Lagunya juga gak ala-ala boyband

4. Rachel Platten - Fight Song

Saat dengar lagu ini pertama kali, saya pikir yang nyanyi Demi Lovato, entah mungkin cuma saya saja yang berpikir bahwa suaranya mirip Demi Lovato

5. Jingle iklan CIMB Niaga - Inovasi Dari Hati



Untuk yang terakhir ini, gegara sering denger di Hardrock Fm setiap sekitar jam 8 pagi, hingga di suatu waktu saat saya bangun tidur, dan lagu ini tiba-tiba muter di kepala. Ha ha ha

Jadi, kira-kira itu lah lima lagu yang lagi sering banget muter di kepala saya. Kalau kamu?




source : youtube
0

06 April 2016

Hello....
Ini tulisan pertama saya di 2016. Ga kerasa sudah April, sepertinya baru kemarin meninggalkan 2015 yang penuh cerita dan merayakan serta mensyukuri tahun yang baru.

Well...tulisan pertama di 2016 ini akan saya mulai dengan perjalanan saya ke Pekanbaru, Riau. Ini merupakan perjalanan pertama saya ke daerah Sumatra. Perjalanan kali ini dalam rangka kerja disambi liburan, makanya saya kasih judul workation atau work and vacation.

Perjalanan dari Jakarta ke Pekanbaru sekitar 1jam 45 menit, tapi pada kenyataanya hanya 1 jam 15 menit, karena saya berangkat di jam 05:25 dan sampai Pekanbaru di jam 06.40 yang di warnai dengan sedikit drama di subuh hari. Karena satu dan lain hal, salah satu partner kerja saya terlambat sampai di bandara. Untung aja Citilink bisa self check in, jadi saya bisa membantunya untuk check in. Alhasil, serba terburu-buru lah kami. Jadwal take off jam  05.25, dan jam 5 itu kami belum masuk boarding lounge. Panik, deg-degan, keringat dingin, semua campur jadi satu, tapi saya tetap berusaha menenangkan diri, dan akhirnya ini menjadi pengalaman pertama (semoga juga yang terakhir), di panggil melalui speaker oleh petugas bandara karena pesawatnya sudah mau lepas landas. Dalam hati, saya sempat berucap 'oh gini rasanya'.

Kesan pertama saat sampai di bandara Sultan Syarief Hasim II adalah  bandaranya cukup bagus, walau tidak terlalu luas.  Sesampainya di Pekanbaru, kami dijemput oleh driver dari Humas Pemprov Riau - thanks to Pak Yamin yang sudah baik banget nganterin team rempong ini kemana2.
Tujuan pertama adalah sarapan. Kami di bawa ke kedai kopi 328, jaraknya tidak terlalu jauh dari bandara.


Begitu sampai, suasana di warung kopi ini cukup ramai, terlihat beberapa pegawai pemerintahan sedang menikmati sarapannya. Setelah memilih tempat duduk, kami pun memesan menu. Oya, jangan minta buku menu di sini, karena tampaknya di sini semua pengunjung sudah hafal menu yang ada apa saja. Lalu bagaimana untuk yang baru pertama kali kesini? Tenang, tidak usah khawatir, di dinding terpampang foto menu apa saja yang tersedia, mulai dari mie ayam, bubur ayam, pempek, hingga lontong sayur. Saya sendiri sebagai pecinta bubur ayam, sudah jelas memilih hubur ayam. Untuk rasa, saya bisa bilang walaupun agak beda dengan bubur ayam yang biasa saya makan di Jakarta, tetapi yang ini juga enak. Saya kasih skor 8,5/10. Selain makanan yang berat, ada juga makanan ringan seperti kue lapis. Overall makanan di sini cukup enak, dan tempatnya juga cukup terkenal. 


Mau di manapun, pesennya selalu Bubur Ayam

Wajah-wajah bahagia karena kenyang

Setelah kenyang, kami menuju ke Gedung Daerah, Kantor Gubernur Riau, oh ya, di kedai kopi tadi, kami bertemu dengan Pak Darusman, Kabiro Humas Pemprov Riau - yang di awal kesannya serius, tetapi semakin lama ngobrol, makin kelihatan bocornya, heheh.

Jarak antara tempat tujuan satu dengan yang lainnya di Pekanbaru ini cukup dekat-dekat, hanya butuh waktu sekitar 10 hingga 15 menit. Ini mengingatkan saya akan kampung halaman saya di Balikpapan, yang dekat dari mana-mana, bahkan jalan kemanapun bisa bertemu dengan orang yang dikenal. Pekanbaru juga kota yang bersih, walau cuacanya cukup panas. Beruntung, saat kami datang cuaca hanya 32 derajat, sehari sebelumnya bahkan mencapi 35 derajat.


Bangunan di kota ini juga cukup unik, kental dengan nuansa Melayu, maka tidak heran jika Riau menjuluki dirinya sebagai The Homeland of Melayu. Hal ini terlihat seperti pada bangunan kantor Gubernur yang mencerminkan bangunan adat. Beda jauh dengan yang saya lihat di Jakarta, gedung-gedung yang dibangun standar bangunan tinggi modern, sementara kalau mau liat yang bernuansa daerah paling banter RUMAH MAKAN PADANG . Entah kenapa melihat Pekanbaru, saya jadi teringat Malaysia. Sampai disini saya jadi ingat salah satu kalimat yang tertulis di bukunya Pandji, yang bilang bahwa  ada banyak hal di Indoensia itu yang menarik, yang kurang hanyalah promosinya. Di buku itu Pandji mencontohkan Amerika. Amerika ini biasa2 saja sebenarnya, hanya mengemasnya yang luar biasa sehingga bisa dijual, sementara Indonesia itu luar biasa, tetapi mengemasnya yang biasa. Hal ini sejalan dengan yang saya temui saat ke Pekanbaru. Di mata saya, Pekanbaru ini luar biasa, ada banyak yang bisa di jadikan bahan promosi untuk menarik wisatawan datang ke Pekanbaru, hanya saja yang perlu di pikirkan adalah promosinya. Promosi menjadi hal yang sangat penting, hal ini juga sudah dipikirkan oleh Pemprov Riau, seperti yang diungkapkan oleh Kadispar Pemprov Riau, Bang Fahmi. Kebetulan kami dapat kesempatan berbincang dengannya di gedung Daerah.

Kalau boleh saran sih bang, please ketika promosi jangan seperti yang biasa dilakukan daerah-daerah di Indonesia pada umumnya, memajang foto kepala daerahnya :). Pasanglah foto daerah wisata yang membuat kami dari luar Riau ini tertarik untuk datang.

Yang menarik juga adalah setiap hari Jumat di minggu pertama setiap bulannya, para pegawai pemerintahannya memakai baju daerah. Seperti yang terlihat di bawah ini

              Bang Fahmi, Kadispar Pemprov Riau


Kekaguman saya tidak berhenti sampai disitu saja, sesampainya di kantor pemprov Riau, ada bangunan yang membuat saya bertanya-tanya gedung apa itu, lokasi nya persis di depan kantor pemprov Riau dan rasa penasaran saya terjawab bahwa gedung itu adalah perpusda yang oleh pemerintah daerah di sana dinamakan Perpustakaan Soeman HS. Asli, gedungnya bagus banget. Untuk sebuah perpustakaan, gedung ini terbilang cukup besar.


Perpustakaan Soeman HS

Bangunan ini terinspirasi dari dudukan Al Quran yang terbuat dari papan, filosofinya adalah Iqra : bacalah. Saya kagum sekaligus memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada pemerintah di sana, karena dengan adanya perpusda seperti ini semoga saja budaya baca juga tinggi. Tapi, sayang ketika saya mau masuk melihat-lihat - syukur2 bisa baca-baca di sana, perpusnya tutup, karena sedang shalat Jumat. Jadi ya sudahlah saya hanya bisa foto bagian luarnya saja.

Berkunjung ke daerah, tidak lengkap rasanya jika tidak mencicipi kulinernya, maka pergilah kami makan siang ke salah satu tempat yang juga cukup terkenal : RM Pak Ndut yang menjual berbagai macam seafood. Lokasinya tidak jauh dari kantor pemprov Riau. Di sana kami mencicipi Pindang Patin asam manis, Ikan Baronang Bakar, Terong Rebus, kangkung cah tauco dan tentunya yang tidak boleh ketinggalan adalah sambal nya yang pedes dan mantab banget, dan buat saya ini adalah surga.


Pilih-pilih untuk makan siang
Sambal yang pedesnya bikin nagih



Malamnya, kembali kami di ajak berkuliner lagi, kali ini oleh Pak Darusman, kami diajak makan malam di Pujasera 88. Menu yang kami pesan adalah kerang, sayuran - yang entah kenapa saya lupa, apa yang dipesan malam itu, kepiting, dan gonggong rebus. Untuk yang terakhir ini, cukup membuat penasaran ketika Pak Darusman dengan semangat memesan gonggong dan meminta kami untuk nanti mencicipi. Maka saya pun tak sabar melihat seperti apa penampakan gonggong ini, lalu ketika gonggong datang dan disajikan di meja, penampakannya adalah seperti ini :





Kerang ini mengembalikan memori masa kecil saya
Suasana Pujasera 88

Dan jujur ketika saya melihat, saya jadi ingat siput, saya coba mencicipi, cukup enak tapi ya sudah saya hanya mencicipi satu. Entah kenapa saya agak geli, mungkin karena teringat siput, atau mungkin karena belum terbiasa. Jadi saya lebih banyak makan kerang. Kerang rebus seperti ini, mengingatkan saya akan masa kecil, dulu almarhumah Mbah (nenek) saya sering kali memasak kerang rebus seperti ini. Maka malam itu seperti terjadi reuni antara saya dan kerang - yang kalau di Balikpapan, kami lebih sering menyebutnya tude. Dan malam itu kami pulang dengan perut kenyang dan mata yang ngantuk


Hari Kedua
Pagi jam 8, kami di jemput Pak Darusman di hotel, dan diajak untuk sarapan di kedai kopi Kimteng. Saya suka suasana di kedai kopi ini, terasa penuh keakraban, orang-orang datang berkelompok, mungkin dengan keluarga atau teman. Menu yang bisa dipesan disini antara lain roti selai sri kaya, mie ikan, mie seafood bihun, sop seafood, bubur ayam, lontong.











Siang hari, setelah saya selesai menghadiri seminar, kami di ajak lagi oleh Pak Darusman ke Pasar Bawah, Kalau di Jakarta, Pasar bawah ini mirip dengan pasar Asemka, dengan versi yang lebih kecil tentunya. Berbagai macam barang dan oleh-oleh di jual di sini, yang rata-rata barangnya didapat dari Tanah Abang. Hanya saja, kain tenun Riau yang tentunya asli dari sini. Saya sendiri sempat memberli kain di sini. Harga yang ditawarkan beragam, mulai dari 80ribu hingga yang harganya ratusan ribu rupiah. Sempatkanlah main kesini jika berkunjung ke Pekanbaru.

Karena ini hari terakhir kami di Pekanbaru, dan masih ada serangkaian kegiatan yang harus kami lalui, maka di sela-sela jadwal yang serba mepet, setelah dari pasar baru, kami di ajak untuk mencari oleh-oleh di Megarasa, dekat tempat kami menginap, yang terletak di Jl. Jenderal Sudirman. Banyak pilihan oleh-oleh yang bisa dibawa ke Jakarta, salah satunya yang menjadi khas Pekanbaru adalah Bolu Kemojo dan aneka olahan durian. Oh ya, buat yang suka durian, pas banget kalau datang ke Pekanbaru, karena di sini gak kenal istilah musim durian, setiap hari sepanjang waktu, bisa menemukan durian, dan menurut informasi yang saya dengar, bahwa di depan Hotel Pangeran (Jl. Jenderal Sudirman), merupakan tempat jual durian yang cukup terkenal.

Berkunjung dua hari ke Pekanbaru, Riau, memang tidaklah cukup, tetapi cukup buat saya untuk meniatkan kembali lagi ke sini, dan mengeksplore lebih jauh Pekanbaru dan sekitarnya. Berikut foto-foto yang membuat saya ingin segera kembali ke sana. Foto ini di ambil oleh rekan saya Mas Andi

Masjid Raya / Photo taken by Andi Aryadi

Photo taken by Andi Aryadi

 So....sampai ketemu di lain waktu Pekanbaru :)




















0

Author

BTemplates.com

Checkpagerank.net